04 Jul 2006
"Perlu tanam ulang sebab rata- rata tanaman kakao yang sudah tua di Sikka tak produktif lagi, apalagi juga terserang hama dan penyakit. Input-nya pun terlalu tinggi untuk pemupukan, juga biaya buruh tani yang tak seimbang dengan output yang dihasilkan," ujar peneliti dari Pusat Penelitian Tanaman Kelapa dan Kakao di Jember, Jawa Timur, Adi Prawoto, Senin (3/7), ketika dihubungi dari Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Belakangan ini sebagian besar petani kakao di Sikka gagal panen. Hal ini sangat memukul perekonomian mereka, bahkan sebagian ada yang harus memakan umbi-umbian atau sejenisnya karena tak mampu membeli beras.
Adi Prawoto dengan beberapa peneliti telah meninjau Sikka untuk mengambil sampel buah kakao, termasuk sampel tanah di Sikka. Berdasarkan hasil laboratorium pusat penelitian ini akan diberikan rekomendasi tentang upaya penanggulangan dan pemulihan tanaman kakao.
Butuh waktu lama
Jika benar dilakukan tanam ulang kakao, diperkirakan tanaman itu baru menghasilkan buah tetap antara enam tahun sampai tujuh tahun mendatang. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Sikka perlu mengantisipasi ketersediaan pangan ke depan.
Dalam kaitan itu, disarankan pula memperbanyak tanaman pangan. Namun melihat kenyataan di lapangan, penentuan tanaman pangan pun tampaknya harus selektif. "Sebab, seperti padi atau jagung, membutuhkan ruang terbuka. Yang toleran dengan keberadaan tanaman pelindung —seperti kondisi di Sikka—adalah pisang, jagung, atau ubi," kata Adi.
Pusat Penelitian Tanaman Kelapa dan Kakao di Jember kini juga sedang meneliti sampel tanah Sikka. Tujuan penelitian adalah mengetahui seberapa besar unsur hara dalam tanah, untuk menentukan rekomendasi kadar pemupukan yang tepat.
© Inacom. All Rights Reserved.