22 Jan 2015
Kamis, 22 Januari 2015 | 10:14 WIB
DAVOS, KOMPAS.com - Pekan ini, para miliarder dunia kembali berkumpul dalam hajatan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Fokus perhatian kali ini adalah kekhawatiran aksi terorisme global, harga minyak dan konflik Ukraina.
Pedagang juga sedang menunggu laporan mingguan persediaan minyak Amerika Serikat, merupakan ukuran permintaan di konsumen terbesar minyak mentah dunia. Laporan itu ditunda sehari menjadi Kamis, karena libur publik pada Senin (19/1/2015).
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, melonjak 1,31 dollar AS ditutup pada 47,78 dollar AS per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 1,04 dollar AS menjadi 49,03 dollar AS per barel. Kontrak Februari berakhir pada Selasa di 46,39 dollar AS, turun 2,30 dollar AS dan tidak jauh dari tingkat terendah sejak Maret 2009.
Analis dari Mizuho Securities, Bob Yawger, menyebutkan, terdaoat dua hal penting yang mempengaruhi pasar energi pada Kamis, yakni, keputusan ECB dan laporan persediaan AS. Investor banyak berharap ECB akan mengumumkan sebuah program pembelian aset besar atau pelonggaran kuantitatif, setelah pertemuan kebijakan moneternya pada Kamis, dalam upaya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan di zona euro yang sedang sakit.
"Jika ECB memutuskan untuk memulai itu, ini akan mengarah pada beberapa jenis dukungan, dan pada gilirannya mendorong beberapa peningkatan permintaan di zona euro," kata Yawger.
Pasar juga memperkirakan laporan Departemen Energi AS akan menunjukkan persediaan minyak mentah pekan lalu meningkat 2,5 juta barel.
"Tetapi mungkin lebih menarik adalah penyimpanan di Cushing, yang telah naik selama enam minggu berturut-turut, dan terlihat naik lagi," tambahnya. Cushing, fasilitas penyimpanan minyak di Oklahoma yang merupakan titik referensi harga untuk WTI.
Dalam seminggu penuh pertama tahun ini, persediaan Cushing naik 1,8 juta barel.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, kemerosotan tajam harga minyak sejak Juni, akan menggerogoti ekonomi penghasil minyak.
Menurut laporan IMF, negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) bisa mengalami kerugian sekitar 300 miliar dollar AS, sehingga mengancam mereka ke dalam defisit anggaran.
"Kebanyakan eksportir minyak membutuhkan harga minyak berada jauh di atas 57 dollar AS (per barel) yang diproyeksikan untuk 2015 guna menutupi pengeluaran pemerintah, yang telah meningkat beberapa tahun terakhir sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan sosial dan tujuan pembangunan infrastruktur," sebutnya.
Menteri Perminyakan Irak Adel Abdul Mahdi pada Rabu memperkirakan bahwa harga minyak mentah dunia tidak akan jatuh lebih jauh. "Perkiraan kami bahwa harga (minyak) telah mencapai titik terendahnya. Ini sangat sulit untuk jatuh lebih rendah dari ini," kata Abdul Mahdi dalam sebuah konferensi di Kuwait.
"Kami tidak menemukan pembenaran yang nyata untuk penurunan besar dan terus-menerus dalam harga minyak," kata dia.
Irak, merupakan produsen terbesar kedua di OPEC, setelah Arab Saudi.
© Inacom. All Rights Reserved.