05 Jun 2006
Ketua Kelompok VI Petani Sawit pola Pertanian Inti Rakyat (PIR) V, Lana Rifai di Arso, Minggu (4/6), mengatakan, sekitar 25.000 petani sawit di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Arso sangat kecewa atas harga tandan buah segar (TBS) yang ditetapkan PTPN II Arso bersama Pemerintah Provinsi Papua. Pihak PTPN selalu beralasan harga TBS disesuaikan dengan perkembangan harga dunia.
"Masak harga kebutuhan hidup terus naik, harga bahan bakar minyak terus melonjak, harga hasil perkebunan, seperti sawit milik petani, tidak pernah naik. Tahun 2005 pernah mencapai Rp 800 per kg, tetapi terus menurun sampai pekan ini hanya mencapai Rp 380 per kg," kata Lana.
PTPN II Arso memiliki dua pabrik pengolahan sawit, tetapi salah satu di antaranya sudah tidak beroperasi karena keterbatasan biaya produksi.
Dalam lima bulan terakhir ini sudah tujuh kali petani sawit unjuk rasa di halaman Kantor DPRD Keerom. Selain itu, mereka juga mengikuti pertemuan dengan pihak PTPN, Dinas Perkebunan Provinsi Papua, dan Dinas Perkebunan Kabupaten Keerom untuk mencari solusi atas masalah ini. Namun, tidak belum hasil.
Pihak PTPN II Arso justru mengancam tidak akan membeli TBS jika para petani terus keberatan dengan harga yang berlaku. Di sisi lain, PTPN terus merugi secara nasional.
Hingga akhir pekan lalu PTPN II Arso juga belum melunasi kewajibannya kepada petani, yang besarnya Rp 500.000-Rp 2 juta per petani. Pihak PTPN berjanji akan melunasi utangnya itu pertengahan Juni ini, setelah mendapat pasokan dana dari PTPN Medan. Petani berharap, PTPN dapat segera melunasi utangnya karena mereka membutuhkan uang untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
© Inacom. All Rights Reserved.