'Investor agar segera masuk ke komoditas'
Deutsche Bank menyarankan investor agar menginvestasikan dananya pada produk komoditas, sebagai bentuk diversifikasi portofolio selain saham dan obligasi.
Hal itu dikemukakan menyusul adanya tren kenaikan harga sejumlah komoditas yang mengikuti pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan permintaan telah melebihi stok.
Menurut riset Deutsche Bank, meskipun akhir-akhir ini terjadi penurunan harga sejumlah produk komoditas, tren peningkatan harga masih berpotensi berlanjut.
Komoditas yang diprediksi mengalami kenaikan harga itu meliputi jagung, gula, minyak kelapa sawit, emas, dan aluminium.
`Kami merekomendasikan agar investor membeli saham yang pergerakan harganya tidak fluktuatif, obligasi negara, dan produk komoditas seperti jagung, gula, minyak kelapa sawit, emas, dan aluminium,` kata Director Chief Asian Strategist Deutsche Bank Private Wealth Management, Marshall Gittler kepada wartawan, kemarin.
Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS kini mulai melambat. Namun, hal itu tidak akan terjadi di negara lain. Kondisi ini, menurut dia, akan memicu terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa dan Jepang.
Presiden Direktur PT Asia Kapitalindo Berjangka Lie Ricky Ferlianto mengakui harga sejumlah komoditas khususnya emas, gula, dan bensin, tengah menunjukkan tren meningkat
`Volume penjualan di perusahaan kami untuk produk-produk itu memang menunjukkan tren naik. Banyak permintaan, karena investor biasanya suka berinvestasi kalau harganya sedang menanjak,` kata dia.
Dengan naiknya harga minyak mentah dunia, lanjut dia, telah mendorong kenaikan harga emas dan beberapa produk pertanian lainnya termasuk gula.
Dia mencontohkan harga emas dalam enam bulan terakhir telah naik hampir US$200 per ounce. Pada Januari 2006, harga emas mencapai US$568 per ounce meningkat jadi US$600 sekitar April, dan menjadi US$715 (Mei), menyusul persoalan pengembangan nuklir di Iran.
`Bulan ini pergolakan di Timur Tengah juga memanas. Diperkirakan harga komoditas ini akan kembali naik,` kata dia.
Harga emas pada penutupan pasar kemarin mencapai US$613,8 per ounce atau turun US$4 dibandingkan posisi sebelumnya.
Meskipun pasar jasa keuangan terus bergejolak, Gittler yakin pertumbuhan ekonomi China akan memengaruhi peningkatan harga komodi-tas. Harga emas akan meningkat sejalan dengan melemahnya dolar AS. Namun, harga komoditas ini diprediksi akan terhambat kenaikan suku bunga.
Dia menjelaskan harga produk pertanian juga meningkat seiring perubahan cuaca yang menyebabkan produksi berkurang. `Ini akan meningkatkan harga produk pertanian.`
Sumber: Bisnis Indonesia