Berita Terbaru

25 Jul 2006

Jangan Abaikan Potensi Karet Alam Harga dan Permintaan Dunia Terus Meroket

Jangan Abaikan Potensi Karet Alam Harga dan Permintaan Dunia Terus Meroket
Pesatnya pertumbuhan industri otomotif dan perlengkapan kesehatan membuat permintaan pasar dunia terhadap karet alam meningkat tajam. Kondisi ini berpengaruh langsung pada ekspor karet alam Indonesia.

"Tahun 2005 ekspor karet alam Indonesia berhasil membukukan transaksi senilai 2,58 miliar dollar AS dengan volume 2,02 juta ton. Pemerintah hendaknya jangan lagi mengabaikan peranan perkebunan karet dalam perekonomian nasional. Karena, Indonesia masih memiliki potensi karet alam yang sangat besar dibandingkan dengan negara produsen lainnya di Asia Tenggara," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari di Jakarta, Jumat (21/7).

 

Kinerja ekspor tersebut sangat mencengangkan karena pada tahun 2000 nilainya masih 888,6 juta dollar AS dengan volume 1,37 juta ton. Pertumbuhan industri ban dunia merupakan faktor utama yang mendorong meningkatnya permintaan akan karet alam dan harga di pasar internasional.

 

Selama ini pasar tradisional karet alam Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, dan Eropa. Namun, pertumbuhan perekonomian China yang pesat membuat Indonesia memperluas pasar karet alam ke sana. Sejak tahun 2003-2005 terjadi kenaikan ekspor yang signifikan ke China. Meski sempat anjlok pada tahun 2002, secara keseluruhan pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia ke China sejak tahun 2000-2005 mencapai 184,6 persen.

 

Pasar China meroket

 

Pertumbuhan ekspor ke China selama lima tahun tercatat sebagai yang tertinggi dibandingkan ke negara lain, meski dari sisi total volume masih rendah, yakni 990.800 ton. Akan tetapi, kata Husni, Gapkindo optimistis pasar karet alam di China masih terus bertumbuh untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sedikitnya untuk 300 pabrik ban di sana.

 

Sementara pertumbuhan ekspor ke AS tercatat sebesar 3,8 persen dengan total volume 3.565.900 ton, Jepang sebesar 13,3 persen (1.218.800 ton), dan Singapura sebesar 6,4 persen (519.900 ton). "Saat ini kami sedang memperluas pasar ke India yang pertumbuhan perekonomiannya luar biasa, seperti halnya China," kata Husni.

 

Sementara itu, di tengah tingginya permintaan pasar yang turut mendorong harga karet alam meningkat, sedikitnya 400.000 hektar kebun karet rakyat di Sumatera dan Kalimantan harus ditanami kembali. Kebun-kebun tersebut berisi tanaman berusia lebih dari 30 tahun sehingga produktivitasnya pun menurun.

 

Oleh karena itu, kata Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto Honggokusumo, walaupun Indonesia memiliki perkebunan karet seluas 3,26 juta hektar, produktivitas lahan hanya 839 kilogram per hektar per tahun. Jumlah itu hanya separuh dari produktivitas lahan di India yang mampu menghasilkan 1.688 kilogram per hektar per tahun.

 

Untuk merebut posisi pertama negara produsen karet alam dunia dari Thailand, Pemerintah Indonesia harus mau serius membantu petani menanami kembali kebunnya yang sudah tua. Langkah tersebut di antaranya melalui bantuan bibit unggul dan kredit lunak bagi petani.

 

Sumber: Kompas

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.