04 Mar 2015
Harga minyak rebound pada hari Selasa dari kejatuhan pada sesi sebelumnya, diangkat oleh pertempuran yang mengancam kilang minyak di Libya.
Minyak berjangka AS, ditutup naik 1.88%, di level $50.52 per barel. Sementara itu minyak Brent naik $1.20 di $61 per barel, sebelumnya sempat reli hingga $2 per barel.
Harga yang lebih tinggi yang tetapkan oleh Arab Saudi untuk para pembelinya di Asia, AS dan Eropa barat laut tidak dengan segera mendongkrak harga minyak Brent dan WTI berjangka, meskipun beberapa trader melihat tindakan tersebut dapat dianggap sebagai pendukung harga.
Minyak Brent melonjak hampir 3%, diperdagangkan kokoh di atas level support $60 per barel, karena musuh dari tentara Libya melakukan serangan udara ke terminal minyak dan bandar udara, menghidupkan kembali ketakutan atas suplai dari anggota OPEC tersebut.
Brent pada hari Senin merosot hampir 5%, itu adalah penurunan terbesar dalam sebulan, pada spekulasi bahwa cepatnya tercapai kesepakatan nuklir antara Iran dengan Barat dapat meningkatkan ekspor minyak dari Teheran yang akan menambah cadangan minyak global.
Pasar AS juga berada di bawah tekanan dari selisih premi terhadap Brent karena para pelaku pasar yakin bahwa minyak akan mengalami penurunan lebih lanjut sebelum dirilisnya data cadangan minyak oleh lembaga pemerintah Energy Information Administration pada hari Rabu. Kelompok industri American Petroleum Institutte akan merilis laporan cadangan minyak pada akhir perdagangan hari Selasa, sebelum data dari EIA.
Beberapa analis mengatakan bahwa tingginya harga jual resmi minyak dari Arab Saudi tidak langsung mendorong pasar minyak berjangka karena suplai global yang melimpah.
Arab Saudi telah secara konsisten memangkas harga jual resmi mereka pada awal tahun ini untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah aksi jual yang menyebabkan harga minyak berjangka turun sekitar 60% antara Juni 2014 hingga Januari 2015.
John Kilduff dari Again Capital mengatakan bahwa ini nampaknya akan menjadi awal dari mulai berakhirnya perang harga, namun harga jual resmi Arab Saudi tidak benar-benar sesuai dengan mekanisme transmisi untuk output atau kebijakan harga dari negeri kerajaan tersebut.
Kilduff menambahkan bahwa output minyak Arab Saudi "masih stabil" di saat pasar global "masih kelebihan suplai" dengan tingkat yang lebih besar, dengan tanpa adanya tanda-tanda mereda.
Permi minyak WTI terhadap Brent menyempit tajam pada hari Senin, mengecil setelah menyentuh $13.03, yang merupakan selisih terlebar sejak Januari 2014.
Premi minyak WTI terhadap Brent naik di atas $11 dari penutupan hari Senin di $9.95
© Inacom. All Rights Reserved.