Pedagang beras mulai spekulasi tahan stok
Para pedagang besar diduga mulai terdorong untuk berspekulasi menahan stok beras seiring naiknya harga secara beruntun yang dimulai sejak Mei, terutama untuk jenis yang paling banyak dikonsumsi penduduk, setara beras IR 64-II.
Aksi spekulasi ini mendapat tempat karena di saat bersamaan di beberapa sentra produksi padi baik Jawa maupun luar Jawa terjadi bencana alam yang mengakibatkan terganggunya distribusi, lalu mewabahnya serangan hama, dan musim kering yang berkepanjangan.
`Sepekan ini kami lagi lihat perkembangan pasokan. Kalau memang turunnya sampai drastis, besar kemungkinan memang ada yang spekulasi,` kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi Departemen Perdagangan Gunaryo.
Gunaryo sebelumnya mengatakan kenaikan harga beras murni diakibatkan bencana banjir di sejumlah daerah yang mengganggu distribusi, lalu hama, dan kekeringan. Tapi dia mengakui serentetan penyebab itu potensial mendorong pedagang berspekulasi menahan stok.
Karena itu, sambung dia, pencermatan terhadap pasokan menjadi relevan. Adapun hingga pekan pertama Juli, pasokan beras harian ke Pasar Induk Cipinang (PIC) masih terus berfluktuasi antara 91 ton per 2 Juli hingga, di luar dugaan, 3.833 ton per 3 Juli.
Namun, pasokan harian beras ke grosir terbesar beras nasional itu terbukti terus turun dari Mei ke Juni, mengikuti kenaikan harga. Per Mei, pasokan harian beras ke PIC 2.013 per kg, sementara Juni turun menjadi 1.939 per kg.
Perkembangan harga dan pasok beras itu pun sudah terefleksikan di lapangan. Harga beras di Pekanbaru naik 23,73%, Makassar 11,27%, Mataram 7,13%, Yogyakarta 6,94%, Palembang 5,86%, Kupang 5,15%, dan Bandar Lampung 4,51%.
Kenaikan harga beras ini sendiri diprediksi terus berlanjut selama Juli. Di pekan pertama Juli, rerata harga beras medium sudah mencapai Rp4.355 per kg, atau berselisih Rp120 per kg, hampir dua kali lipat dari kenaikan Mei-Juni.
Kenaikan harga di kota-kota itu ditimbang dari harga pekan pertama Juli dibandingkan harga rerata tiga bulan sebelumnya. Depdag sendiri mengambil batas kenaikan hingga 15% sebagai picu (trigger) perlunya dilakukan Operasi Pasar (OP) beras-yang sampai kini belum digelar.
Sumber: Bisnis Indonesia